Aroma liburan seakan terhapus dengan mudahnya oleh
perasaan ini, sejak jumpa kita hari itu aku berubah menjadi seorang
lelaki cengeng. Kupikir ini karena racun cinta yang kuteguk saat kita
bertatap kemarin. Racun itu telah membuat degup jantungku meningkat,
semua perasaanku terkontaminasi wajahmu. Pikiranku menjadi tak
terkendali, hanya kamu, kamu dan kamu.
Ini pernah aku alami saat aku jatuh cinta pertama
kali, dan hari ini terjadi lagi. Sayang, tak kau enggan membuka
hatimu, karena hatimu memang sudah ada yang mengisi, dan ia bukanlah
aku. Beberapa lagu, aku jadikan perwujudan dari perasaanku, namun
sayang kurang sempurna kupikir. Akhirnya kutulis celoteh ini.
Hari itu usai reuni MDPA, senyumanmu mulai
bergelayut di renungku. Satu wajah yang manis menurutku. Mungkin
boleh dibilang kita belum terlalu mengenal, hanya sama-sama tahu,
namun begitulah cinta, cukup melihat satu kali dan akan menjadi candu
alam hidupmu. Awal-awal masa liburan pernah kucoba utarakan isi hati
ini padamu, namun sayang dengan polosnya kau beri tahu aku jika
hatimu telah ada yang menjaga. Tak tahukah kamu, nada polosmu itu
membuatku tersingkir dan terkucil dengan hati yang teriris. Satu
malam pernah kita lewati dengan canda dan cerita ceria, kau tahu
kupikir itu adalah salah satu malam terindah yang pernah aku miliki,
namun pada malam berikutnya kau luluh lantakkan perasaan yang
sejujurnya aku sendiri tak tahu mengapa datang padaku itu. Semua
tuturmu mungkin lugu, tapi apakah kau tak pernah ingin untuk mencoba
mengerti aku? Entahlah.
Tak hanya sekali, kau menawariku untuk menemanimu,
sebenarnya bagiku itu adalah tawaran yang menggiurkkan, namun aku tak
ingin sikap egois menggagahi diriku. Aku harus sadar, di belahan bumi
sana ada yang sudah berjanji untuk menemanimu, dan kau tahu itu. Jika
aku menerima tawaranmu, itu sama artinya dengan membunuh lelaki yang
telah setia bersamamu selama 2 tahun itu. Aku tak ingin itu terjadi.
Hai gadis, mengertilah, aku tak ingin kau memilih, karena aku bukan
pilihan, dan kau tak perlu memilihku.
Bukankah sudah berkali-kali aku mengatakan padamu,
aku tak ingin apa-apa darimu, cukup ijinkan aku menyayangimu, tapi
kau mengatakan cukuplah sayangi sebagai teman. Mengapa kau
membatasiku? Jangan pegang langkahku, kuingin bergerak, cukup
mengerti. Itu yang kuinginkan.
Sebuah dilema memang, antara perasaan suka dan aku
sebagai lelaki. Mungkin benar, semua mimpiku jauh dengan inginku. Hai
gadis, jangan hiraukan apapun yang mengganggu tidur malammu,
dengarkan nuranimu. Yang perlu kamu tahu, tak akan jadi masalah
untukku jika kamu berandengan dengan siapapun, asal kau tersenyum itu
sudah cukup bagiku, dan biarkan aku menyimpan jauh rasa ini.
0 comments:
Post a Comment