Semua
perlu titik pembatas, ada benci ada kasih, adanya duka tentunya
karena tawa telah tercipta. Saat kita berjumpa dan bertemu tentunya
kita harus sadar, bahwa suatu hari nanti kita akan berpisah, soal
waktu itu bukan urusan kita.
Banyak
kenangan-kenangan yang hari ini hanya sebatas menjadi lamunan disaat
matahari hendak pulang ke peraduan. Kita pernah bersama dan semoga
tak kaulupa.
Karena kau adalah sebuah kisah |
Aku
dan Nia pernah bersama, lewati teriknya asmara dan cerianya waktu.
Sebuah hal istimewa bagiku adalah ketika pada akhirnya kita duduk di
dalam kelas yang sama dan bangku yang cukup berdekatan. Pun hari itu
tak ada lagi sapa mesra di antara kita namun kita tetap bersama,
tersenyum dan bercerita seolah tak pernah terjadi sesuatu antara kamu
dan aku. Hari itu masih ada senyummu, dan sedikit masih tersisa
getaran rasa dalam lubuk hatiku. Ah, semua begitu manis, hingga kita
benar-benar berpisah.
Persahabatan kita seperti ombak di laut |
Saat di Kwan Sing Bio Tuban |
Keluarga Baru |
Kawan,
seperti pohon yang terus tumbuh, begitupun aku. Dan disaat tumbuh
itu, banyak hal-hal baru yang kutemukan, kupikir memang perpisahan
adalah titik yang berarti karena dari sanalah kita akan menjadi lebih
luas, jika dulu teman kita dan kenangan kita hanya sebatas jalan yang
mampu kita tempuh, maka saat kita berpisah batas itu memang takkan
hilang karena batas selalu ada hanya lebih luas dari sebelumnya.
Aku termangu, kalian sekarang dalam lamunan |
Dan
hari ini, aku bersama mereka, berjalan di atas lintasa bernama waktu.
Kembali akan kuukir ribuan cerita selayaknya kita dulu. Bersama
Andik, Jastro, Dewi, Pethel, Yulia, Agung dan semua. Mungkin ini
terlambat, namun harus aku ucapkan terima kasih untuk kalian, Agatha,
Anin, Krisna, Nia, Rina, Frans (balung), Slowrenk, semua. Terima
kasih telah mendampingiku berjalan dan berlari menantang waktu.
0 comments:
Post a Comment