Widget by Blogger Buster

27 Jun 2011

Secuil Catatan Di Ujung Senja


Secuil Catatan Di Ujung Senja
(Nasionalisme Bukan Soal Lagu)

Wah sedikit kecewa rasanya tim merah putih kalah dalam Indonesia Open 2011, yah mau apa lagi aku jugakan tidak bisa membantu he. . .he. . . dukungan melimpah dari anak-anak Indonesia yang sudah haus akan kemenangan untuk Tim Indonesia, mungkin itu yang menyebabkan semua ini begitu bergemuruh saat ada sebua pertandingan.
Ingat Piala AFF? Kau ingat bagaimana dukungan anak-anak Indonesia? Mereka sangat gembira, dengan mengumandangkan lagu garuda di dadaku sebagai yel-yel utama, tapi saat mereka menyaksikan Firman Utina dkk kalah saat final melawan negara yang selalu mencari masalah dengan negara kita? Yah, aku tahu mungkin disitulah tempat mereka mewujudkan nasionalismenya, aku selalu memasang statment pada diriku, nasionalime bukan hanya soal lagu, bukan hanya soal angkat tangan saat lihat bendera. Hal apapun yang tidak membuat negara menjadi kehilangan nama baik bagiku adalah sifat nasionalisme.
Mungkin baru kali ini aku menulis masalah kesemrawutan ini. Soal negara dan isinya, yah itu tidak lain karena aku memang kurang tertarik untuk melihat orang-orang yang berkuasa semena-mena, namun bagaimana juga aku anak Indonesia, jadi aku juga harus tahu apa yang sedang terjadidi rumah tercinta ini.
Semua berawal dari hal kecil, ya aku paham itu. Kadang aku mempertanyakan apakah wakil-wakil kita termasuk orang yang bernasionalisme? Atau mereka hanya menjadikan jabatan mereka sebagai tempat menimbun jatah makan orang lain? Wah-wah kalau begitu bobrok benar negaraku.
Beberapa waktu yang aku bertanya pada mbah google mengapa Indonesia tidak maju-maju? Banyak sekali jawaban dari para ahli, dan beberapa banyak yang menyalahkan pejabat negara sebagai biang keladinya. Kalau pejabatnya saja sudah tidak mendapat kepercayaan, mau jadi apa negara tempatku lahir ini? Sebagai anak yang suka tentang komputing, aku sempat bertanya, mengapa beberapa waktu lalu pemerintah membeli komputer seharga 15 juta hanya untuk hal browsing dan office? Dengan uang sebanyak itu, tentu memperoleh komputer dengan spek yang tinggi, apa yang menganggarkan lupa dengan korban lapindo? Lalu di bidang pendidikan mengapa mentri pendidikan lebih memilih menggunakan produk microsoft sebagai standar di kurikulum? Padahal jika menggunakan program FOSS (Free Open Source Software) tentu akan mengirit pengeluaran negara, dari segi kualitas aku kira FOSS tidak kalah dengan produk microsoft, malah lebih baik. Selain itu, Menkominfo juga kan sudah menghimbau agar agar proyek IGOS (Indonesia Go Open Source) sukses pada akhir 2011, aku merasa heran, sama-sama mentri di negri ini mengapa haluannya berbeda ya? Mungkin beberapa mereka takut, kalau APBN menurun karena pindah ke FOSS, sehingga tidak ada hal yang dikorup. Payah.
Lalu ingat soal siswa SD yang melaporkan mengenai contek masal? Beberapa orang di sekitarku banyak yang menganggap itu adalah hal yang berlebihan, mengapa? Kerena “mungkin” hal yang dilaporkan anak itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi sehingga dianggap hal yang wajar. Namun menurutku itu adalah salah satu bentuk nasionalisme yang tepat bagi siswa SD (maaf lupa nama anaknya). Ya, iku rasa itu hal yang cukup tepat, meskipun aku sendiri tidak bisa melakukannya, namun aku cukup tertarik dengan masalah ini. Mungkin jika ada anak yang takut melaporkan hal yang tidak semestinya kemudian dibungkam dengan sesuatu yang menguntungkan baginya, orang itu adalah calon wakil rakyat masa kini, entah esok hari.
Ya-ya memang sudah banyak orang yang menggembar-gemborkan soal nasionalisme dengan mendemo wakil rakyatnya, namun adakah yang berhasil? Adakah dampak yang di peroleh? Nol!
Aku sendiri tak bisa menduga bagaimana negara ini saat aku dewasa nanti, bagaimana dengan harapan-harapanku, impianku dan semuanya. Kita lihat saja nanti.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More