Widget by Blogger Buster

21 Oct 2010

Sebuah Jejak Adlah Suatu pilihan

Sebuah Jejak Adalah Suatu Pilihan
Oleh : Achmad Romadlon H.

Memilih, bagi sebagian orang itu adalah suatu hal tersulit, namun tetap harus dijalani. Aku sendiri sering dibingnugkan oleh dua, bahkan lebih pilihan. Di satu sisi, aku tidak ingin memilih, Karena terkadang semua pilihanku membuat orang lain kecewa. Tapi di sisi lain aku harus memilih, karena dengan memilih aku bisa membuat suatu keputusan, meskipun bukan terbaik.
“Hidup adalah pilihan”, aku pernah mendengar kalimat itu, namun aku kurang srek dengan kaalimat barusan. Aku lebih suka jika diganti “Hidup untuk memilih”. Karena seberapa pandnyapun seseorang, suatu saat dia harus memilih. Bahkan hmpir tiap hari kita selalu memilih.
Kita atau bahkan aku sendiri, terkadang tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa pilihan kita adalah sesuatu yang benar dan dapat dianggap benar oleh seseorang. Sulit memang, setelah mimilihbesar kemungkinan orang lain sakit hati bahkn membenci kita.
Saya sendiri pernah mengalami bahkan sering melakukan sebuah kesalahan ketika memilih. Namun diantara semua kesalahanku, yang sampai saat ini masih ingat salah satunya adalah meninggalkan kekasih pertamaku.
Berat memang, aku dalam keadaan bingung. Di satu sisi aku masih menyayanginya (bahkan sampai saat ini), sedang di sisi lain aku melihat dia mengalami kemunduran dalam hal belajar selama berhubungan denganku (waktu itu aku masih pelajar). Aku merasa tidak tega untuk meninggalkannya, namun aku juga tidak mau mempengruhi belajarnya menjadi lebih buruk. Dengan mengungkapkan sebuah kebohongan, aku memberanikan untuk berbicara dengan maksud pokok untuk meninggalkannya.
Malam itu, pipiku agak basah karena tetesan air mata kebodohan. Aku merasa telah melakukan sebuah kesalahan, aku membuatnya sakit hati, dan mungkin sampai sekarang wanita itu masih sakit hati padaku. Ah. . . . .bodoh . . . bodoh. . .bodoh. . . . aku orang bodoh, mengapa kau harus meninggalkannnya??? Terlambat, aku cuma bisa menyesali pilihanku. Dan aku sudah tidak bisa mengulaginya.
Meskipun aku masih menyimpan tumpukan perasaan padanya, aku ragu dia akan menerimaku kembali setelah pilihanku itu. Jika ingat aku masih ingin menangis, ingin lari, dan ingin mengjarnya kembali. Apa lagi kalau ingat bagaimana sulitnya aku mendapaknannya dulu. Tak sebandig memang, namun semua telah jadi sejarah dan sebuah jejak dari pilihanku. Aku berharap, pilihanku kedepan akan menjadi jejak yang dapat membuat orang lai tidak kecewa.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More