Widget by Blogger Buster

Linux Jatirogo

Selamat datang di Sahabat DW. Sebuah blog berisi tulisan amatir seorang siswa dan penggila Open SOurce Software

Sahabat DW

Kenanglah, karena kenangan terciptu untuk dikenang. Sebuah kenangan akan sangat berarti jika dapat merasakan makna dari kenagan yang terkenang itu

Sahabat DW

Andaikan pengalaman dijual di toko-toko tentu pengalaman akan mudah didapatkan, dan tentunya di dunia ini nggak ada orang yg nggak berpengalaman.

Sahabat DW

Sebuah jejak akan hadir setelah kita memilih untuk melakukan sesuatu, baik buruk jejak tergantung pilihan kita

Sahabat DW

Jangan ragu untuk melangkah, karena takdir dan mimpi tidak pernah salah, mereka berjalan di jalan yang memang seharusnya. Mari abadikan semua ada pada kita dengan menulisnya

30 Apr 2011

JANGAN PAKAI LINUX!!! MENGAPA??

Baca Dan Kamu Akan Tahu

Ya! Buat kamu yang belum pernah mencoba menggunakan sistem operasi yang identik dengan logo pinguin ini, ada baiknya untuk tidak mencoba memakainya! Loh? Kenapa? Berikut beberapa alasan untuk tidak menggunakan Linux.

1.      Linux itu susah!
Iya itu faktanya. Linux itu susah! Bener-bener susah! Sekali kamu coba memakainya maka akan sulit bagi kamu untuk tidak mengulangi untuk memakainya lagi. Linux bagai candu yang akan membuat pemakainya betah berlama-lama berinteraksi dengannya, dan seringkali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang unik dan menarik.
2.      Linux itu mainan para hacker!
Buat yang merasa dirinya bukan hacker, sangat disarankan untuk tidak memakai Linux. Mengapa? Iya, karena Linux akan membuat kamu mandiri.
Hmmm… mandiri? Contohnya?
Di Linux, kamu akan menemukan banyak hal baru dan menarik. Kamu akan terus mencoba dan mencoba. Sedikit demi sedikit ‘hack‘ pada sistem operasi ini akan kamu lakukan.
Hack? Iya, hack! Terdengar keren dan begitu geek, bukan? Semua itu legal untuk dilakukan di Linux, karena source codenya dengan mudah dapat kamu peroleh, kamu modifikasi, ubah sana, ubah sini, dan menyebarkannya ulang dengan bebas pula, selama tidak keluar dari ruang lingkup General Public License.
3.      Linux itu merugikan!
Pihak-pihak yang mendukung konsep proprietary software tentulah akan merasa dirugikan. Mengapa? Karena bila semakin banyak pengguna Linux (dan open source) tentu lahan bisnis mereka akan semakin tergerus terus dan terus.
Tapi, tidak hanya kerugian dari segi finansial saja yang akan mereka dapat. Melainkan juga ada banyak keuntungan yang akan mereka peroleh, meskipun tidak mereka rasakan secara langsung. Contohnya? Karena software open source tersedia source codenya dengan bebas, maka pengembang software proprietary pun dapat ‘mengintip’ dan ‘mencomot’ beberapa bagian software yang mereka anggap menarik untuk kemudian diintegrasikan ke dalam software komersial mereka.
Duh, contohnya masih kurang nih! Oke… oke… Kita ambil contoh Sun Microsystems dengan software office suite mereka yang ternama, OpenOffice dan StarOffice. Hmmm… ada apa dengan OpenOffice dan StarOffice? Sungguh menarik melihat fenomena yang terjadi di sini. OpenOffice dibangun berdasarkan source code StarOffice, lisensi yang disematkan ke OpenOffice ini bersifat open source yang dikembangkan secara gotong royong dengan komunitas yang tersebar di seantero benua di muka bumi ini. Dari hasil pengembangan OpenOffice, Sun Microsystems kemudian mengambil beberapa bagian kodenya untuk kemudian diintegrasikan ke StarOffice dengan ditambahkan beberapa ‘hasil keringat’ ‘orang dalam’ Sun Microsystems. Lisensi StarOffice sendiri bersifat proprietary. Sebuah hubungan timbal balik yang unik dan saling menguntungkan, bukan?
4.      Linux itu jelek dan tidak menarik
Pernyataan itu tidak salah, namun tidak juga benar. Bila kita melihat Linux secara parsial, yakni hanya kernel/intinya saja tentu pernyataan itu dapat dibenarkan. Apa sih yang bisa dilakukan oleh ’seonggok’ kernel? Dan meskipun kernel itu bisa dipakai, apa sih yang menarik dari tampilan command line based dengan background hitam dan teks putih saja?
Namun bila kita melihat Linux secara keseluruhan sebagai satu kesatuan sistem operasi yang komplit, dengan desktop environment dan lingkungan kerja berbasis GUI (Graphical User Interface) yang indah, kemungkinan kamu akan membantah pernyataan itu. Kasih contoh dong! Oke, mari kita tilik sejenak desktop GNOME atau KDE (atau yang lainnya) dengan Compiz enabled dan setting animasi desktop yang maksimal, saya yakin kamu akan takjub melihat keindahannya. Tidak percaya? Silakan berkunjung ke YouTube dan masukkan kata kunci pencarian “compiz desktop”, tonton salah satu video demonstrasinya.
5.      Linux itu membingungkan
Amat sangat membingungkan! Itulah perasaan yang akan kamu temui saat pertama kali menatap ‘wajah’ Tux si pinguin ini. Bingung mau memakai distribusi Linux apa, bingung mau pakai software yang mana, bingung untuk menginstal aplikasi apa diantara sekian banyak aplikasi, bingung untuk memilih desktop environment (GNOME, KDE, Xfce, dsb), dan banyak kebingungan-kebingungan lain yang mungkin akan kamu jumpai.
Semua itu wajar. Di dunia Linux dan open source, freedom is the will. Saking beragamnya kebebasan yang ditawarkan, maka tidaklah mengherankan bila perkembangan Linux dan software open source pada umumnya dapat dibilang pesat.
Belum lagi ditambah dengan kebingungan mau bertanya kepada siapa bila nantinya kamu menemui kendala yang serius dikarenakan saking banyaknya LUG (Linux User Group) baik yang bertaraf lokal maupun internasional yang siap membantu menyelesaikan masalah yang kamu temui.
6.      Linux itu mahal
Benar sekali! Linux itu mahal! Karena kamu ‘kemungkinan’ akan mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mendapatkannya. Iya! Semahal satu dua keping CD/DVD blank untuk ‘membakar’ salinan/ISOnya.
Juga untuk membayar koneksi internet (bila ada) atau CD/DVD repository (paket software dalam CD/DVD). Kita ambil contoh DVD repository Ubuntu yang dijual di berbagai toko online, harganya berkisar antara 50.000 s.d 100.000 rupiah! Dudududu… mahal sekali…
Setuju! Mahal sekali biaya yang harus dikeluarkan demi mendapatkan tambahan paket software free dan open source berkualitas yang super lengkap dan super banyak! Coba bandingkan dengan harga satu lisensi sistem operasi proprietary yang harganya berkisar diatas US$ 100 atau harga lisensi untuk satu software proprietary yang harganya bervariasi mulai dari US$ 19.99 hingga ratusan dollar! Ah, jauh sekali perbedaannya. Linux memang mahal.
Ubuntu, melalui program shipitnya menawarkan pengiriman CD Ubuntu gratis ke seluruh penjuru dunia. Namun tidak sepenuhnya gratis! Melainkan mesti membayar ’semacam pajak yang entah terang atau gelap’ ke Kantor Pos, yang biayanya berkisar antara 5000 s.d 7000 rupiah. Mahalnya…
7.      Linux itu membodohkan
Maksudnya?
Begini, betapa ‘bodoh’nya ‘orang-orang itu’, sudah capek-capek membuat program eh… kok malah diberikan begitu saja kepada orang lain, berikut source codenya pula! Tanpa meminta imbalan apa-apa! Logis nggak sih?
Melalui tindakan yang ‘bodoh’ itu, para programmer dan mereka yang berkecimpung di dunia open source telah berkontribusi yang tidak sedikit demi kemanusiaan dan perkembangan teknologi informasi untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Melaui ‘kebodohan’ mereka pula, perkembangan software open source akan semakin cepat karena akan ada banyak orang yang turut berpartisipasi dalam mencari bugs yang mungkin ada untuk kemudian diperbaiki dan dioptimasi serta ditingkatkan fitur-fiturnya.
8.      Linux itu berdosa
Ya, ‘berdosa’ kepada pengembang software proprietary karena tidak memberikan ‘pemasukan’ ke ‘kantong’ mereka dikarenakan software proprietary buatannya mendapatkan saingan dari software open source yang lebih murah, halal, dan legal dengan fitur yang tidak kalah (bahkan melebihi fitur-fitur yang ada pada software proprietary tersebut)

9.      Linux itu menyedihkan
Sangat menyedihkan malah, bagaimana mungkin sistem operasi dengan usia yang relatif muda ini mampu berkembang pesat seperti sekarang ini, bahkan berani menghadapi sistem operasi proprietary yang telah dikembangkan jauh sebelumnya dan memiliki pangsa pasar yang tidak sedikit di seluruh dunia.
Bila dulu, banyak pihak yang meramalkan IBM OS/2 adalah sistem operasi masa depan, namun kenyataannya sekarang sungguh berbeda, OS/2 telah ‘down’ (bila tidak ingin dikatakan ‘mati’). Mari kita lihat bagaimana perkembangan Linux beserta software-software open source lainnya beberapa tahun kedepan.
Yup, diatas adalah beberapa alasan yang cukup logis untuk tidak memakai Linux. Sekarang terserah kepada kamu, masih mau memakai 


16 Apr 2011

Tak Terbeli Dan Tak Sia-Sia


Minggu ini adalah minggu-minggu terakhir menjelang UNAS SMP, banyak siswa-siswi yang mulai sibuk memilih tujuan sekolah kelak. Namun tidak untuk aku dan beberapa teman akrabku yang lain, entah karena terbiasa santai atau menikmati waktu santai yang langka atau apa aku kurang mengerti.
Minggu ini aku lewati dengan kesibukan dan tindakan-tindakan yang menurutku lumayan berguna untukku, bahkan mungkin berguna untuk orang-orang di sekitarku.
3 April 2011
Kesendirian ini lagi-lagi hampir membuatku lupa bahwa aku mempunyai banyak kawan dan sekutu. Kau ingat tulisan tentang penggemar yang aku posting beberapa waktu lalu dalam kisah yang aku beri judul “Aku, dalam Februari – Maret”?  Spertinya aku merasa mereka mulai membuatku kesal dengan sms-smsnya, dengan telfon-telfonnya di malam buta. Di hari itu aku merasa seperti lebih baik tidak mempunyai penggemar, daripada selalu menjadi soroton tak berguna.
Sombong? Mungkin aku memang harus seperti itu, toh yang merasakan juga aku, jadi aku bebas memilih jalan yang menurutku cocok.
Hingga pada saat malam diguyur hujan, aku punya ide untuk berpura-pura berpacaran dengan orang yang sudah aku anggap kakak. Sebenarnya, aku hanya berharap jauh dari penggemar pengganggu itu. Aku membulatkan tekatku, berani-tidak berani aku membuat status hubungan palsu di situs Facebook. Semenjak saat itu, sepertiya penggemarku, sudah agak memudar. Namun sisi jeleknya, aku merasa menjadi seorang yang teramat jahat karena mematahkan puluhan harapan dari anak-anak kecil yang ingin “memiliki” aku.
5 April 2011
Aku tahu tak ada yang sempurna di dunia tua ini. Namun berusaha untuk menjadi sempurna bukanlah sebuah kesalahan. Kau tahu, kesempurnaan ada karena bersandingan dengan sesuatu yang tidak sempurna.
Apa kau masih ingat Brenk_OS Project? Ya, sebuah jalan untuk aku belajar meremaster distro linux. Memang sampai saat ini aku masih belum bisa upload hasil karyaku lantaran ukuran filenya yang terlampau gendut dan koneksi internet yang kurang memadai. Namun sampai hari ini, aku masih berusaha untuk  membuatnya lebih baik dan membuat si Brenk_OS lebih cantik tentunya.





 
9 April 2011
Kau pernah jengkel? Jangan balik bertanya, tentu kau tahu bahwa aku sering jengkel jika kau membaca tulisan-tulisanku. Mingguni lebih parah, sepertinya bukan hanya aku yang jengkel melainkan juga teman-temanku yang memiliki komputer. Kalian tahukan muuh utama komputer? Apa lagi kalau bukan virus.
Tak seperti virus pada umumnya, sepertinya virus ini menunutku agar mau belajar dan tidak hanya mengandalkan antivirus saja. Windows di komputerku sudah aku install berkali-kali namun tetap tidak ada perubahan bahkan aku scan dengan berbagai macam antivirus dengan segala updatenya tetap saja tidak berhasil. Virus ini cepat sekali menyebar. Oleh sebab itu selama beberapa hari laptop yang biasanya aku dual boot kini hanya menggunakan satu OS, apa lagi kalau bukan Brenk_OS.id-ku. Beberapa hari berlalu, aku melihat temanku tampak kesusahan sama sepertiku saat maih menggunakan windows, aku menjadi agak kasihan, dan aku pikir inilah saatnya untuk aku belajar menyelesaikan masalah yang belum bisa diatasi, dulu saat meremaster linux aku member nama perkerjaanku Brenk_OS Project, untuk kali ini aku member nama kegiatanku ini “Habisi Ramnit”
Aku mulai dari mencari identitas si virus, barulah aku ketahui bahwa ini varian dari Win32. Virus ini di beri nama pembuatnya dengan nama Ramnit, entah apa artinya, si pembuatlah yang tahu. Hasil identifikasi dan referensi dari beberapa sumber yang aku dapat menyebutkan bahwa virus yang menyebar melalui Flash Disk ini, akan segara aktif jika penggna/user komputer tersebut melakukan klik kanan. Wah. . .wah . apa yang bisa aku lakukan untuk menghapus virus ini, tanpa klik kanan?
Sejak mengetahui hal itu, aku mulai banyak membaca tentang cara kerja virus-virus lain. Aku tahu virus yang media penyebarannya berupa flash disk pasti menggunakan file autorun.inf. jadi aku harus bisa menghapus si autorun ini lebih dulu. Namun tidak berhasil, aku mengamati proses yang terjadi di komputerku, barulah aku ketahui kalau virus ini menjalan proses SVCHOST.EXE palsu dimana yang dijalankan adalah file watermark.exe di direktori C:\Program Files\Microsoft.
Cara kerja virus ini, seperti yang aku ceritakan tadi, ia bekerja saat user malakukan klik kanan. Sehingga saat klik kanan dilakukan virus secara otomatis sesuai perintah autorun.inf akan menjalankan file watermak.exe, kemudian membuat file virus berupa file yang sering dijalankan user, hanya aja file yang dibuat dapat mudah dikenali karena format nama file yang dibuat selalu sama missal Winrarmgr.exe, Explorermgr.exe, rundllmgr.exe, dan file-file lain dengan format dan ukuran yang sama.
Semenjak tahu akan hal itu aku mulai menyusun baris perintah command prompt untuk menghapu virus ini, dan setelah beberapa kali memiliki kekurangan akhirnya dapat aku dan teman-temanku tambal sehingga dapat bekerja dengan baik.
Untuk yang ingin mendownload program rancangan kami, silahkan download melalui link berikut :


Aku memang terkadang tak berguna, namun aku selalu berusaha membuat diriku selalu ada di hati teman-temanku. Mungkin dengan membantu mereka, atau dengan proyek semacam “Habisi Ramnit” ini.
15 April 2011
Pengalaman baru aku dapat hari ini. Kau tahu, kadang kebohongan akan membuatmu merasa bebas. Seperti yang aku lakukan dengan temanku hari ini, sore sekitar pukul 15.30 aku pergi ke rumah temanku yang berada di Bulu, ketika aku ditanya orang tuaku, aku hanya menjawab akan kerumah teman, aku tak berbohongkan. Memang aku tak menjelaskan kepada orang tuaku tujuanku, karena aku tahu mereka akan melarangku. Disinilah aku merasa berbohong itu akan membuat sebuah kebebasan meskipun aku tak bohong namun aku tetap merasa tidak jujur.
Aku dan kawanku segera begegas lari menuju terminal untuk mencari mobil tujuan Bulu, saying saat itu hanya ada dua mobil yang tersisa sepi lagi, jadi kemungkinan berangkat masih lama. Di dalam mobil aku melihat, seorang yang waria, dua siswi SMA, dan beberapa orang tua dengan karakter yang menurutku berbeda-beda. Saat mobil mulai melaju waria yang ada di sebelah temanku, mulai membuka pembicaraan. Aku tahu setiap orang bebas memilih jalan hidupnya, aku rasa waria ini juga tahu. Dia tidak mengganggu kami, malah orang tua galak disampingkulah yang sepertinya tidak uga berebelahan dengan dua anak yang menggunakan kaos oblong dan sandal jepit serta celana pendek.
Selama perjalanan cukup banyak mengisi waktuku, dengan berbincang dengan dua siswi SMA yang cukup ramah, hingga kami lupa tempat tujuan kami. Aku dan kawanku baru sadar, bahwa rumah teman kami sudah terlwat agak jauh, sehingga kami segera turun dan berlari di jalan yang jarang yang bukan daerah kami. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara anak memanggil namaku, benar itu adalah anak Ngepon. Aku mengenalnya, dulu dia teman sebangkuku, kamipun diajak untuk berboncengan, namun betapa kagetnya jantung kecilku, ketika ia menarik gas sepeda motornya. Aku sadar inilah contoh pengendara sepeda tanpa aturan, mungkin bosan dengan aturan atau mungkin malas mengikuti peraturan.
Sampailah kami di rumah Nanda, rumah tujuan kami. Tak banyak yang kami lakukan di rumah dengan teras Pink ini. Aku dan kawanku langsung membenahi komputer Nanda yang rusak, lalu numpang ibadah kemudian pulang.
Aku diantar olehnya sampai di tempat dimana mobil-mobil jurusan Jatirogo berbaris. Cukup lama kami menunggu mobil tua yang akan mengantar kami pulang ini melaju, bahkan sampai beberapa mulut dengan liarnya mengucapkan kata-kata kasar.
Dalam mobil ini, aku belajar beberapa hal. Pertama supir mobil yang aku ibaratkan sebagai pemimpin sepertinya, hanya memikirkan dirinya sendiri. Memikirkan keuntungan yang didapat tanpa peduli tujan dari penumpang-penumpang yang suntuk di gerbong belakang.
Kedua, perempuan tua kasar dan sok tahu. Sok tahu? Bagaimana aku tahu? Selama di mobil, aku melihat tingkah polah perempuan ini, aku rasa dia adalah tipikal orang yang suka mempengaruhi orang lain dengan omongannya. Terbukti, selama di mobil, dia suka menceritakn kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukannya dan keburukan-keburukan orang lain. Apa aku juga termasuk seperti dia saat menulis ini? Mungkin, tapi aku TIDAK MAU disamakan dengannya.
Ketiga, seorang kakek yang berusaha mati-matian agar si supir mau menjalankan mobilnya, bahak beliau sempat bergelantungan digerbong belakang, hingga mengundang reaksi beberapa orang.
Keempat, orang berkumis yang mudah terpengaruh. Bagaimana aku tahu lagi? Tentu dari pembicaraannya. Saat ia bertemu dengan supir, aku melihat diakrab sekali bahkan menuruti dan mengiyakan apa yang dikatak si supir kepadanya, namun sejak perempuan tua itu masuk, kini ia berpihak kepada si perempuan dan menjelek-jelekan si supir.
Kelima, perempuan tua yang teramat tabah. Ya, sejak masuk mobil, beliau tidak bergumam sedikitpun. Apa itu tabah? Bisa jadi, atau malah lebih mungkin beliau pasrah.
Mobil yang aku tumpangi serasa berjalan lambat, padahal memang lambat, namun setelah si perempuan tua yang sok tahu menggedor-gedor gerbong dan berteriak kecil meluapkan emosi.
Aku tahu, di dunia ini banyak karakter untuk tiap orang. Dan itu membuat sebuah perbedaan, namun sekarang kembali lagi pada kita, apakah kita bisa menerima perbedaan itu dengan tetap memegang prinsip awal? Tak semua orang bisa, kau tahu semua orang juga perlu perubahan seprti langit yang menemaniku selama perjalanan pulang.

11 Apr 2011

Kau & Aku Juga Tahu


Dingin. Aku agak kedinginan malam ini. Malam ini aku tak menjumpai bintang-bintang yang biasanya tergantung di langit luas. Apakah mereka sudah malas bertemu aku? Ataukah mendung dan hujan ini yang menghalangi mereka menemuiku? Aku tak heran. Kau tahu, sudah banyak halangan yang telah aku lalui, bersama temanku, kekasihku, orang tuaku, adikku, kakakku, guruku bahkan yang aku lewati seorang diri. Adakah yang mau menemaniku saat ini? Aku tahu, di antara mereka yang dekat denganku akan bersedia menemaniku, namun aku saja yang terlalu buta sehingga tak melihat apa yang mereka lakukan. Semua pernah menjadi semangatku, dan semua juga pernah membuatku merasa dia adalah pilihan terbaik.
Beberapa tahun lalu di cuaca seperti saat ini, aku masih bersama kamu dalam rumah kayu yang luas itu. Kita masih bercanda dalam sebuah penantian, mesih berusaha tersenyum selagi senyum itu belum direnggut waktu. Ingatan-ingatan kecil masa lalu bahagia itu, tersimpan rapi dalam jutaan almari ingatan. Ingatkah engkau saat kita berusaha untuk untuk berbohong untuk menutupi sebuah kesalahan yang aku lakukan? Aku ingat saat aku membuat kamu menangis tawa saat melihatku menirukan tarianmu. Aku juga masih ingat, sebuah cerita yang aku rangkai untuk mendekatimu, yang pada akhirnya kamu tertawakan. Ingatan itu, pengisi hidupmu dan sebagian hidupku.
Aku yakin kamu tak tahu, perasaan yang aku dapat menjelang kepergianmu. Kamu takkan tahu, arti keberadaanmu untukku. Kamu tak tahu, karena kamu terlalu cepat pergi. Aku tahu itu bukan pilihan kamu, aku paham kamu tak punya hak untuk memilih waktu kapan kamu akan pergi.
Aku laki-laki! Aku tak akan menangisi kepergianmu, namun mungkin saja aku malah akan menangis lebih lama dari yang pernah kamu lakukan. Aku pernah berpikir akan menghpaus sedih itu dengan menghapus jejak yang pernah kita buat bersama, namun aku tahu itu adalah cara bodoh untuk seorang yang pernah ia sayangi.
Kini aku sendiri tanpa kehadiranmu. Tak ada yang aku sesali sampai saat ini, aku selalu yakin mungkin ini adalah jalan yang memang harus aku lalui dalam hiduku, kapan waktunya itu bukan urusanku. Sendiri takkan membuatku jadi tak berarti, meskipun bintang tak menemuiku mala mini, setidaknya esok aku akan bertemu dengan cerahnya mentai yang tak pernah terlambat terbit.

9 Apr 2011

Arti & Berarti


“Cobalah, mengerti semua ini mencari arti. . .selamanya takkan terhenti. . . . . .” Lirik lagu band favoritku itu, sepertinya selalu membuatku terinspirasi untuk mencari sebuah arti dari semua yang pernah aku alami dan aku pahami. Aku tahu, inspirasi sebenarnya bukan berasal dari siapapun, namun ispirasi berasal dari perasaan orang itu sendiri. Aku yakin, dalam segala hal keyakinan itu perlu, lalu apakah mengartikan segala hal juga perlu?
Sepertinya pertanyaan itu adalah pertanyaan yang tidak akan memilii jawaban pasti. Kautahu, semua benda memiliki bunyi yang berbeda-beda, setiap  pohon juga menghasilkan keturunan yang bermacam-macam, begitu pula dengan otak dan cari pikir dari kita tentu berbeda. Kalau ada yang memaksa otak kita berpikir sama, tentu itu adalah orang yang bodoh. Mungkin sebelum itu, ia harus menyamakan dulu bunyi-bunyi yang ada di dunia ini. Aku pernah mendengar, ada orang yang memaksa anak buahnya untuk berpikir secara deduktif dan induktif. Sebenarnya, aku sendiri tak mengerti macam apa cara berpikir seperti itu, bukankah lebih enak berpikir bebas sesuai kamampuan otak dan naluri? Apalah arti mengatur cara orang berpikir, jika orang itu sendiri tidak mau melakukannya? Bukankah itu hal yang sia-sia belaka?
Aku pernah membaca novel milik temanku yang berjudul Curhat Setan, dimana salah satu bagian dari novel itu memberikan sebuah pengalaman betapa pentingnya alasan sebelum melakukan sesuatu. Setelah membaca itu, aku jadi mulai menanyakan pada diriku sendiri, mengapa aku melakukan semua  ini? Mengapa aku menulis? Mengapa aku membagi pengalaman yang sulit aku dapatkan ini? Mengapa aku membuat blog? Mengapa aku bersekolah? Mengapa aku hidup? Dan mengapa-mengapa yang lain yang seolah-olah membuatku harus berpikir secara matang sebelum aku melakukan apapun. Ya, alasan adalah sebuah dasar untuk mencari arti menurut hati kecilku. Dan alasan adalah sebuah arah untuk menentukan tujuan.
Semua begitu berarti bagiku. Temanku, guru-guruku, peralatan-peralatan yang menemani tangisku, sekolahku, dan yang tak bisa aku ingat lagi, juga pengalamanku yang selalu jadi guru dan musuh bagiku. Saat aku menulis ini, aku jadi teringat temanku yang selalu membuatku langkahku menjadi berarti, perbedaanlah yang membuat semua berarti. Kepandaian takkan berarti tanpa kebodohan, kekayaan takkan berarti tanpa kemiskinan, kebaikan juga takkan berarti tanpa kejahatan atau keburukan. Memang benar, tak dapat ku pungkiri, hidup ini mencari arti, dan selamanya tak akan pernah terhenti.

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More