Widget by Blogger Buster

18 Apr 2013

Seperti Seharusnya.


Tak ada do'a yang tak terdenganr oleh-Nya. Ya, aku percaya benar akan hal itu. Semua do'a pasti terkabul. Entah sekarang atau esok. Jangan khawatir.
Liburan UAN kelas XII Aliyah tahun ini adalah sebuah peristiwa yang sungguh merupakan kejutan untukku. Kupikir liburan kali ini telah menjawab semua permohonan yang pernah aku panjatkan, sekaligus ujung dari beberapa problema yang sempat menghantuiku. Hari ini semua terjawab sudah.
Pertama, soal Dewi. Tak ada lagi yang harus aku risaukan tentang dia. Itu adalah jalan yang ia pilih sendiri. Di liburan ini, aku benar-benar tahu bahwa dia menyimpan sebuah perasaan padaku. Ya, aku tahu itu dari beberapa temannya yang menceritakan gelagat aneh si Dewi, termasuk diary tentang aku yang ia tulis.
Ok. harus aku jelaskan dulu, aku memang kagum pada si Dewi. Sekali lagi kagum. Ya, kagum sodara-sodara. Mengapa? Karena kupikir ia adalah barometer baru yang harus aku taklukan. Awalnya aku menganggap ia adalah partner kerja, karena ia satu departemen denganku. Jujur, di mataku ia begitu hebat dengan style bicaranya. Kupikir aku harus banyak belajar darinya.
Namun suatu ketika, aku terjebak dalam perasaan aneh bernama asmara, aku sempat suka pada Dewi, sebelum akhirnya aku tahu bahwa si dewi ternyata sudah memiliki pacar. Aih, malang nasibku. Selain itu, di saat-saat seperti itu aku justru malah teringat pada Nia. Kekasihku semasa SMP. Hatiku lebih condong pada Nia, dan cenderung melupakan perasaan bodohku pada Dewi. Ya meskipun aku tak tahu apakah Nia masih ingat pada atau tidak. But it's no problem.
Masa-masa sulit akhirnya kutemui, banyak berita simpang siur tentang aku dan Dewi beredar. Dan hampir tiap malam aku berdo'a semoga Nia masih mengingatku, karena hatiku benar-benar kalut oleh rinduku padanya. Pada Nia bukan pada Dewi.
Banyak pula masalah-masalah internal yang aku dapati selama berteman dengan si Dewi, mulai dari kesalah pahaman, hingga masalah yang aku tak tahu sabab musababnya. Aku, Nia dan Dewi. Kisah yang begitu rumit sepertinya.
Dan hari ini semua lunas terjawab. Di liburan kali ini, aku sempat bertemu dengan Nia, dan subhanallah, ternyata Nia bukan hanya masih mengingatku, bahkan she still love me. Oh. So sweet ya Rabb.
Semua berjalan seperti seharusnya. Hatiku kembali terisi oleh Nia, begitupun hati Nia, kini terisi olehku. Ah, tidak. Kami tak berpacaran. Kami punya prinsip agar tak terlalu sering berkomunikasi, apalagi berjumpa. Karena dengan kebiasaan itu, halhal yang harusnya istimewa bisa berubah menjadi biasa. Tak lagi terasa indahnya. Intinya, aku menjaga hati untuk Nia dan juga sebaliknya.
Aku tak menyangka, ternya kesahrianku menulis nama “Nay” di pojok buku tulis akan berbuah seperti ini. Kebetulan? Ah maaf, aku tak begitu percaya dengan kebetulan. Karena aku yakin takdir memang berjalan dan tak pernah salah, jadi tak ada yang pantas disebut sebagai kebetulan.
Bahkan bukan hanya diriku, Ega kini juga merasakan hal yang membuat hatinya tenang. Seorang lelaki muslim berwajah arabic keturunan Minang telah menggandenganya, begitu juga dengan Evi. Anin kini sukses dengan karya-karya seninya. Sementara aku masih sukses menulis takdirku sendiri. Mengubah ambisi menjadi target.
Love n miss 4 u, Nay.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More