Widget by Blogger Buster

21 Feb 2011

“Antara Aku Dan LINUX ku”


Berawal dari bacaan-bacaan yang ada di majalah komputer yang  banyak membahas tetang OS (Operating System) open-source tampaknya aku sudah mulai terpikat untuk menjajal linux. Awalnya aku ragu, selain karena belum berpengalaman dan tak ada guru yang mendampingi, juga karena aku sudah biasa melakukan berbagai aktivitas di lingkungan windows.
Namun rasa keingin tahuanku mengalahkan keraguan itu, pada akhirnya aku mulai browsing tentang sistem operasi yang gratisan ini. Pertama-tama aku mengetahui ternyata beberapa distro dari linux dapat dijalankan tanpa mengistal (live cd/usb), akhirnya akupun tertarik untuk mencobanya. Saat itu distro pertama yang aku gunakan adalah Slax, distro yang hanya berukuran sekitar 200Mb ini aku booting menggunakan flashdisk kingston 1Gb putih milikku. Saat pertama kali aku sudah merasa terhibur dengan keluarnya semacam option yang menyuguhi pilihan mode penggunaan slax, tampilan sedehana milik slax ini tampaknya menjadi ciri khas dengan warna kehijau-hijauannya. Namun sayang sampai aku keluar dari sistem operasi portable ini aku belum berminat untuk menginstal atau jadi user linux karena lagi-lagi keterbatasan pengetahuanku.
Setahun kemudian aku mencoba distro Ubuntu 10 yang juga aku booting lewat flash disk. Aku merasa lebih nyaman dibandingkan dengan slax dulu mungkin karena fitur-fitur dan aplikasi di ubuntu lebih lengkap dari pada distro yang pernah ku pakai dulu. Tiga bulan kemudian aku memperoleh DVD gratisan Mandriva yang didalamnya juga terdapat Blacktrack. Untuk distro yang satu ini aku aku agak “kikuk” karena tidak bisa di booting langsung alias harus di install dulu. Jadi ya terpaksa deh aku install di laptopku. Oh ya, spesifikasi laptopku memori RAM 2Gb, Hd 250Gb, merk Aedupac (masih temennya Thosiba) VGA SIS onboard 256Mb. Bingung juga sih awalnya karena baru pertama kali install OS selain windows. Dari situlah aku ketahui bahwa Linux membutuhkan semacam partisi swap, jadi aku buatlah dua partisi dengan ukuran 10GB untuk file system dan 270Mb untuk linux swap. WOW, ternya distro pertama yang aku tanam di laptop ini mampu membayar semua kebimbanganku dengan tempilan dan performa yang memuaskan. Begitu banyak aplikasi yang dapat digunakan langsung di distro ini tanpa perlu mengunduhnya terlebi dulu karena sudah terdapat di DVDnya langsung. Perlu diketahui saat menginstal mandriva ini aku masih menggunakan windows 7, karena aku masih takut bila ada tugas mendadak dan aku belum terbiasa. Selang beberapa bulan aku melakukan install ulang windows karena setelah aku cek file systemnya telah banyak di serang virus, tanpa aku ketahui ternya setelah aku selesai install ualang windows aku tidak bisa masuk linux saat booting, wah. . . wah. . . .sialllllllll!!!!! Namun aku tak lagsung putus asa, di kemudian hari aku mendapat kiriman Linux Mint Julia, meskipun dapat langsung dipakai tanpa diinstall namun aku langsung menginstallnya tanpa pikir panjang lagi.
Distro kedua yang aku pakai ini tampaknya hampir tak ada badanya dengan mandriva selain beberapa fitur dan tampilan perbedaan juga ku ada pada desktopnya pada mandriva aku menggunakan KDE, namun pada slax aku menggunakan Gnome tapi tak apalah yang pentingkan tetep sama-sama bikin hati puas. Semenjak menggunakan si julia ini, banyak teman-temanku yang melirik laptopku dan tertarik pada linux. Yah, itung-itung nguragin pembajakan mending pakai open source di negeri ini, dan sepertinya aku mulai betah dengan linux, mungkin suatu saat aku akun benar-benar meninggalkan windows.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More