Widget by Blogger Buster

30 Mar 2011

Aku, dalam Februari – Maret


        Sejak mendung dipagi itu, aku jadi merasa malas melakukan apapun. Jangankan belajar, hal yang apling aku sukai seperti berselancar di internetpun malas aku lakukan. Sakit? Mungkin tidak juga, karena saat itu suhu tubuhku masih normal. Dtingal pacar? Ah . . . sepertinya malah bukan, lagi pula aku belum punya pacar lagi semanjak “cut” sama pacar pertamaku.

Rasa malasku sepertinya menjadi candu, karena berkelanjutan sampai hari-hari berikutnya, sampai-samapi aku jadi malas blogging. Saat itu aku sempat bimbang dan merenungi semua yang pernah aku lakukan kemarin, kemarin lusa, minggu kemarin, bulan kemarin bahkan semua masa laluku. Aku merasa hamper semua yang aku lakukan tidak memberikan dampak positif, namun hati kecilku agak membantah karena si hati ini berkata tanpa masa laluku aku mungkin akan jadi orang hidup tanpa pengalaman.
Pengalaman? Memang sudah berapa pengalamanku? Aku sendiri bahkan sering lupa dengan apa yang telah aku jalani, orang-orang yang pernah berjalan denganku, bahkan orang-orang yang pernah aku sakiti.
Ketika malam sedang turun hujan, aku bermimpi menjadi seorang yang perfect. Orang yang bisa melakukan apapun untuk orang lain, tapi kemabli lagi, itu hanyalah mimpi. Namun hati kecilku membantah lagi, ia bilang itu bukanlah sekedar mimpi malam, semua mimpiku adalah harapan untukku. Harapan? Aku bahkan lupa aku masih bisa berharap, hingga suatu hari aku pernah benar-benar mengeluarkan pancuran air mata hanya karena harapan teman dekatku terhenti, dan aku hanya bisa melihat harapan temanku berhenti begitu saja di depan mataku.

28 Februari 2011
Malam terakhir bulan itu menjadi seberkas cahaya untukku, untuk hidupku dan untuk masa depanku. Entah mengapa malam itu tiba-tiba aku merasa menjadi manusia baru dengan otak yang terisi baris-baris kode program. Memang selama ini aku begiti tergila-gila dengan teknologi, terlebih computing dan programming, namun malam itu adalah hari pertama aku mempuyai sebuah ide untuk  menciptakan ebuah operating system (OS). OS? Memangnya sepandai apa aku? Jangankan membuat OS, membuat PR saja aku jarang benar. Tapi, hasrat itu kian menyala, muncul ide dalam otak bututku untuk melakukan Rematestering OS yang sudah ada. Pilihan hati hatiku jatuh pada Linux Mint, sejak hari itu, aku mulai menyusun calon distro linux baru yang akan tampil di rumahku. Aku menamai distro yang aku buat ini dengan sebutan BRENK_OS.id, memang dari namanya terkesan kurang menarik setidaknya itulah komentar beberapa temanku, namun aku yakin setelah ini jadi mereka akan menarik ucapan itu.
Sial, mungkin karena ambisiku yang berlebihan itu malah membuat percobaan pertamaku gagal. Gagal? Hey, aku memang selalu gagal dam segala hal, kegagalan tak akn membuatku bunuh diri. Aku sendiri bahakan jug sudah lupa kapan terakhir aku melakukan keberhasilan dalam hidup. Setelah kegagalanku itu, aku berusaha untuk bangkit, bangkit dari kenyataan yang mebatasiku. Percobaan kedua ini, aku lakukan tanpa menggunakan buku, karena buku yang aku baca itu terasa membatasi semua yang aku lakukan. Sombong? Memang sepertinya aku harus melakukan itu, untuk sebuah pengalaman. Sayang percobaan kedua ini juga gagal. Aku sempat meneteskan air mataku saat itu, aku merasa telah mengecewakan orang-orang yang membantuku dan mendukungku. Saat itu, aku merasakan kembali kebingungan dalam otakku, hingga pada akhirnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaan yang sebut dengan “Brenk_os Project”. Ada sedikit kepuasan dalam diriku seusai menunataskan Brenk_OS Project. Mekipun aku belum bisa memabaginya di internet lantaran ukuran filenya yang mencapai 2GB, namun aku senang mendapat respon baik dari teman-temanku.

18 Maret 2011
Penggemar? Apa aku punya penggemar? Kalau ada, mengapa mereka menggemariku? Lalu untuk apa aku punya penggemar? Semua itu pernah aku tanyakan dalam hatiku, meskipun pada akhirnya aku sendirilah yang harus mencari jawaban pertanyaanku sendiri.
Sudah hampir dua minggu ini aku mendapat terror berupa SMS dari orang, ah lebih tepatnya anak yang mengaku penggemarku. Aku sempat berikir, apa tujuan mereka berkata dan memeberitahuku bahwa ereka adalah penggemarku, toh aku sendiripun tidak merasa diuntugkan sama sekali. Tidak diuntungkan atau aku yang yang tidak peka sama sekali? Namun pada kenyataannya banyak orang-orang justru malah mencari banyak penggemar, lalu aku? Ah, bodoh. . .merekakan mempunyai beberapa bakat yang pantas untuk digemari orang lain, sedangkan aku? Setelah aku piker-pikir aku tidaklah terlalu buruk, aku juga membuanyai keahlian tertentu yang beberapa orang tidak bisa melakukannnya.
Aku sering membantu temanku, mekipun sudah tentu aku hanya mendapat imbalan berupa pengalaman, namun aku selalu tersenyaum senang melihat wajah teman yang aku bantu menjadi senang. Jadi apakah aku pantas mendapat penggemar?

25 Maret 2011
Semua tampak seimbang di muka bumi ini, ada jelak ada buruk, ada cantik ada jelek, ada kaya ada miskin, begitu pula datang dan pergi. Sudah hampir sepekan aku melewati hari tanpa esorang yang biasanya selalu menemaniku, namun seiring itu berlalu aku mendapat seorang yang datang padaku untuk meminta bantuan, setidaknya dengan ini aku tidak akan merasa kesepian.
Aku jadi teringat akan sebuah kisah sejarah dalam hidupku, dimana seorang perempuan yang aku sayangi pergi begitu cepat meninggalkan impian besarnya di depan mataku. Ya, impiannya untuk membuat ebuah novel harus terhenti karena penyakit ginjal yang merenggut kesehatan dan kebebasannya. Aku orang yang bodoh memang, sampai aku menemui seorang teman yang juga perempuan dengan mimpi yang sama. Berbeda dengan sejarah itu, kini ia adalah teman satu kelasku, dia juga teman yang dalam beberapa waktu aku anggap sebagai guruku. Ini adalah kesempatanku untuk membantunya, juga membuat mimpinya tidak terhenti dan teru mengalir. Berhasil? Kita lihat saja nanti. . . .

28 Maret 2011
Beritahu aku, siapa orang di dunia ini yang tak pernah bermimpi. Semua orang punya impian ataupun mimpi. Orang yang menjadi cinta pertamaku punya mimpi menjadi seorang penulis novel, begitupun deng teman yang menyebut dirinya Agatha Ega mempunyai mimpi yang sama. Anak yang sering menghabiskan waktu denganku, Anindia Basuki dan Iir si Slorenk juga punya mimpi untuk menjadi seorang desainer dan insinyur pertanaian. Mereka adalah temanku, lalu bagai mana denganku? Jangan berpikiran bodoh, aku malah punya banyak mimpi yang selalu membuatku berani melangkah.
Impianku selalu berubah, dulu aku pernah berkeingan menjadi guru, namun itu hanya bertahan sampai beberapa bulan saja. Lalu aku bermimpi kelak akan menjadi seorang pengangguran yang sukses, namun rasanya itu adalah mimpi yang cukup bodoh. Waktu aku baru masuk SMP, aku punya impian baru yaitu menjadi seorang penulis. Mekipun sebelumnya kau sadar tulisanku tidaklah terlalu bagu dan bermutu, tapi menurutku menulis itu bebas. Karya bagiku adalah pendapat, pendapat itu sebuah kebebasan diterima atau tidak itu urusan nanti, asalkan terus berkarya semua akan jadi mungkin. Ketika kelasku naik satu tingkat di SMP, impianku yang kemarin masih tetap bertahan, amun malah mimpiku bertamabah kitaka aku mulai mengenal OS Linux. Ya, aku berimpian menjadi seorang programmer. Programmer? Ya, aku tertarik sekali dengan kegiatan itu, bahakan mungkin suatu saat nanti itu akan jadi profesiku. Aku ingin sekali bergabung dengan komunitas Hacker, membangun sebuah program, dan dan membuat hidup menjadi hidup lebih mudah. Apa mungkin? Hei ingat, pesawat dulu juga diangap sebagai benda yang mustahil, aku yakin di maa depan aku bisa lebih baik dari ini.
Kini aku semakin yakin dengan impianku dengan dukungan dari orang-orang dekatku, dan menulis akan tetap jadi teman setiaku.

30 Maret 2011
Lihat perubahan yang akan terjadi  dimasa depan. Dunia harus di genggaman tanganku.


Bayangan Dalam Gelap 2011

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More