Widget by Blogger Buster

9 Aug 2013

Cleaning My Heart


,,semua sudah terjadi. Menangis untuk hari kemarin adalah hal bodoh yang harus aku tinggalkan. Menatap hari esok, kupikir jauh lebih berguna daripada hanya diam seperti ini. Harus ada perubahan.
Untuk semuanya saja, maaf aku tak bisa menjadi apa yang kalian inginkan. Untuk sahabatku, maaf aku tak bisa menjadi sahabat terbaikmu, bahkan aku merusak tali persahabatan kita dengan sebuah hal bodoh yang seharusnya tak pernah kuungkapkan, terkadang berbohong memang aku perlukan, semisal untuk hal-hal seperti ini.
Untuk orang yang menyandarkan hatinya pada padaku, aku juga minta maaf, karena aku tak lagi kuasa untuk kau jadikan tempat bersandar. Aku tahu, di luar sana ada ribuan manusia yang jelas-jelas jauh lebih baik dariku, sebab itu, sekarang pergilah! Jangan penjarakan hatimu dalam tubuhku, karena aku bukan tempat yang baik untuk kau jadikan dermaga, terlebih menambatkan jangkar dan berhenti. Carilah apa yang menurutmu baik, kita tetap teman, tapi aku akan mencoba untuk menghapus semua hasrat itu hari ini. Aku tak mau lagi menahanmu, toh aku juga tak kuasa untuk menahanmu.
Temanku sempat berkata padaku, "menulis nama seseorang di setiap sudut ruang nyatamu, adalah hal paling riil yang membuktikan bahwa kau mencoba memaksa dirimu untuk mencintai pemilik nama itu, cukup simpan saja namanya dalam dada, dan biarkan dia tersenyum di sana. Tak perlulah berjanji manja, karena itu adalah akhir dari kebersamaanmu suatu ketika". Maaf hati.
Sering kali aku mengucapkan kata maaf, dan itu justru membuatku terlihat begitu bodoh. Ya, sangat bodoh. Seharusnya kata maaf itu tak perlu tercipta di dunia ini, karena maaf dalam lamunku adalah simbol kebodahan yang telah kau perbuat, dan baru kau sadari hari ini, dan sebelum itu kau tak pernah mau berfikir bahwa ketika sudah melakukan sesuatu kau perlu kata maaf untuk mengulangi semua, berharap orang-orang di sekitarmu mau melupakan kebodohanmu.
Hari ini, aku masih tak mengerti apa yang harus aku perbuat lagi. Aku tak bisa memaksa hati. Dia seolah-olah berjalan sendiri tanpa menuruti apa yang aku instruksikan dari otak. Seenaknya saja.
Hari ini, aku seolah-olah berlagak menjadi orang paling menyesal di dunia karena telah melakukan sebuah kesalahan besar. Namun aku tak tahu bagaimana dengan hari esokku, akankah masih sama atau sudah melupakan semua ini.
Untuk sahabatku, Anin. Tanpa peduli seberapa bencinya dirimu padaku sekarang, sesuai dengan pilihan hati, kamu tetap akan menempati tempat bernama "Ruang Sahabat" dalam hatiku. Meski esok atau seterusnya tak lagi kudengar suara candamu, suara marahmu, suaramu ketika meremehkanku, aku akan tetap menyimpan semua nada yang pernah terlantun dan sempat kita lewati sebagai seorang "teman".
Untuk sahabatku, Anin. Mungkin, bahkan memang aku tak mungkin dapat melebihi dirimu, tapi setidaknya melihat seorang temanku dapat membusurkan senyumnya, itu sudah cukup untukku. Sudah cukup untuk membuatku juga tersenyum, meskipun kamu tidak tahu. Aku yakin kamu tidak akan pernah tahu, karena aku menyembunyikannya sejak aku mulai mengenalmu.
,,ah bukan. Bukan, aku bukan bermaksud untuk memaksamu melupakan kebodohanku tempo hari. Itu semua terserah kamu. Aku selalu percaya, menjadi pemuja rahasia, itu jauh lebih baik. Tersenyum dengan sembunyi-sembunyi saat kamu bahagia itu lebih baik, karena aku memang orang yang gagal dalam banyak hal, termasuk menjadi temanmu.
,,ah bukan. Bukan, aku bukan mengutuki diriku sendiri.
Untuk sahabat diamku, aku akan selalu merindukan merajut kisah bersama dirimu.
Tersenyum untuk sahabatku, meski tak terbalas tak apa, karena ssahabat bukan menggunakan rumus aksi reaksi. Bahkan Enstein sekalipun tak akan sanggup membuat rumus yang pas itu sebuah persahabatan.
Untuk sahabatku, Anin. :-)

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More