Widget by Blogger Buster

4 Jul 2011

Aku Dan Pertanyaan Di Otakku

Aku Dan Pertanyaan Dalam Otakku

Sempat aku membaca sebuah postingan di blog temanku, postingan tentang melakukan hal-hal yang dicintai dan mencintai semua hal yang dilakukan. Aku memang kangen dengan tulisannya, namun entah mengapa suatu saat aku ingin sedikit menyanggah tulisannya di blog itu. Mengapa? Karena aku lebih sering melihat dalam kenyataan banyak orang yang tidak mencintai pekerjaannya, apalagi melakukan yang dia cintai. Aku tahu post itu adalah sebuah motivasi, aku juga tak menyalahkannya, karena aku tak membayarnya untuk menulis. Yah, lagi-lagi selera membuat sebuah perbedaan. Indahkah perbedaan selera itu?
Aku pernah memiliki pertanyaan konyol yang ingin aku tanyakan pada meja tua di ruang tamuku. Aku sangat ingin bertanya mengapa ia mau jadi meja? Mengapa meja itu saat masih jadi pohon tidak menolak saat ditebang? Apakah ia bisu seperti penghuni negara ini? Seperti? Ya, “seperti”, entah pohon yang meniru atau orang-orang yang meniru pohon untuk selalu diam. Aku juga punya pertanyaan untuk air, mengapa air suka pilih kasih? Air suka membuat bingung orang-orang pinggiran? Mengapa air tidak menghancurkan rumah para koruptor? Apakah karena air selalu mengalir dari tempat tinggi? Sehingga yang di bawah hanya menerima imbasnya? Mungkin.
Sudah hampir satu bulan aku tidak melihat buku pelajaran, aku juga ingin bertanya pada buku pelajaran itu, mengapa kumpulan kertas tipis itu menjadi dewa bagi sebagian anak? Apakah buku pelajaran itu bisa memberikan jawaban semua persoalan hidup orang? Kalo memang iya, mengapa benda itu tidak dimiliki orang-orang pinggiran? Apakah karena mereka sudah dianggap pandai? Mungkin juga. Atau bisa lebih mungkin karena diambil oleh orang-orang rakus yang juga haus akan isi buku itu.
Semua kemungkinan itu ada, seperti saat kau membaca kemudian selalu mengingatnya, bukankah itu mungkin? Atau lebih mungkin jika kau langsung melupakan tulisan ini. Kau tahu, terkdang aku membenci orang yang mengatakan “tidak akan mungkin itu terjadi”, bahkan aku juga membenci diriku saat aku berkata demikian. Tapi aku juga tidak begitu setuju jika orang berkata “tidak ada yang tidak mungkin”, mengapa karena jika semua mungkin, maka tidak akan ada kepastian di dunia ini.
Aku, kamu dan kita bisa jadi belum bisa melakukan yang kia cintai, dan apalagi mencintai yang kita lakukan, namun satu hal yang sangat aku anjurkkan agar kita dapat menikmati kehidupan yang kita jalani, dengan menikmatinya lagi-lagi memunculkan kemungkinan agar kita dapat melakukan sesuatu secara maksimal.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More