Widget by Blogger Buster

30 Jul 2011

Langkah Baru


Langkah Baru
Baru 3 minggu lalu aku meinggalkan Jatirogo, namun entah mengapa Kamis 29 Juli kemarin saat mulai masuk ke kawasan kelahiranku aku merasa rindu, aku rindu senyum ibuku yang membuatku selalu merasa tenang, kumis bapakku yang malang melintang yang selalu mengingatkan aku aga jadi laki-laki setegas beliau.
Hari pertama mungkin karena belum terbiasa sehingga badanku cukup terasa pegal, selain itu waktu tidur di tempat ini lebih singkat dibanding jika aku tidur di rumah, bagi mereka waktu adalah ilmu, jadi sudah banyak dari mereka yang mulai sadar untuk tidak menyia-nyiakan waktu, mungkin aku harus segera beradaptasi dan mengubah sedikit demi sedikit kebiasanku untuk bersantai, namun aku tetap harus bisa menikmati apa yang akan aku lakukan hari ini, maupun esok.

Hafalkan Atau Kau Tidak Naik
Awal aku masuk aku cukup bingung, mengapa aku harus menghafal untuk dapat naik ke jenjang kelas yang lebih tinggi? Padahal selama ini nilai lebih sering menjadi pedoman di beberapa sekolah di tempat asalku. Al-kulina min Al-biyasa, Al-biyasa min Al-dipaksa, kalimat plesetan dari guruku yang menjadi pedomanku untuk hari ini. Mau tidak mau aku harus menghafal yang namanya Al-Fiyah Ibnu Malik, dimana jumlah baitnya adalah 1000 bait. Satu dua hari. Aku mulai terbiasa dengan hafalan ini, semoga pada hari setoran nanti aku benar-benar hafal sesuai jumlah yang ditentukan.

Apa Karena Materai?
Di lingkugan YPRU ini cukup dikenala karena kemudahannya untuk mengeluarkan anak yang tidak mentaati peraturan. “Pondok Roudlotul ‘Ulum ini, menggunakan sistem mateari, jadi tiap kali kamu melakukan pelanggaran kamu akan diminta untuk membuat pernyataan bermaterai, satu kali, anda masih aman, dua kali, surat peringatan melayang ke orang tua anda masing-masing, tiga kali alamat anda tidak naik kelas, kalau tambah lagi satu anda akan kami antar pulang (dikeluarkan)” Kata Yi Najib saat muqodimah masuk pertama.
Selang beberapa waktu aku jadi terngiang kalimat-kalimat itu, apakah mereka yang ada di sini melakukan semua hal karena terpakasa? “ha. . .ha. . .kang. .kang. . .ya nggaklah, nanti kalau berbuat baik karena materai, sia-sia donk perbuatan baiknya. Begini saja, kalo pengen sukses di sini, lupakan soal materai, tapi ingat kamu selalu dishooting sama yang buat bumi ini, maka insyaallah kamu nggak akan lilmaterai, tapi lillahita’ala” Tutur santri yang sudah lama tinggal di YPRU itu. Setelah aku pikir-pikir benar juga, toh meskipun peraturan di sini bisa dibilang sangat ketat, namun aku rasa hasilnya nanti juga kembali pada pribadi masing-masing.

Anda Butuh Kami, BUKAN Kami Yang Butuh Anda
Ya, aku rasa di YPRU atau di ponpes lain cukup tepat dengan kalimat di atas, terbukti saat pengajian semua santri memliki kebebasan, mau tidur, mau mendengarkan asalakan tidak bicara dengan teman lain, dan tidur dalam keadaan tidak duduk. “kebebasan itu boleh, karena kebebasan itu milik siapapun, namun setiap kebebeasaan harus ada batasannya, nah aturanlah yang membatasi hal tersebut. Meskipun dibatasi, tentu setiap aturan memiliki maksud yang baik, dan kebaikan itu akan kembali pada anda juga”.

YPRU Ponpes Besar?
Soal yang satu ini aku menulis sesuai dengan apa yang banyak dikatakan oleh teman-teman dan beberapa wali santri lain. Beberapa hari kemarin aku cukup kaget mendengar bus baru milik pesantren telah tiba, menurut para santri senior rumor ponpes akan membeli sebuah bus sudah mencuat sejak satu tahun kemarin, dan hari itu adalah pebuaktian kata-kata para kyai yang pernah menyebarkan berita beberapa waktu lalu.
Luas? Ummm, aku rasa cukup luas untuk menampung ribuan santri dari berbagai daerah. Aku rasa gedung-gedung di sini juga cukup tinggi, selain itu ada yang membuatku heran, saat tahu kalau YPRU ini memiliki rumah sakit/klinik yang wow besar, dimana sudah mencakup apotek, dan kendaraan-kendaraan semisal dua ambulance dan sebuah mobil operasional. Soal olah raga, pondok ini mau membeli sebidang tanah untuk dijadikan lapangan para santri.
Soal fisik pondok memang besar, namun soal kualitas menurut banyak pihak pondok ini juga patut diacungi jempol. Jumlah mapel yang lebih banyak dibandingkan sekolah lain, sepertinya tidak membuat gentar santri yang ingin belajar “Man Jada Wa Jada”.

Libur Adalah Barang Langka
Untuk hal ini, lebih cenderung untuk anak pondok, di sini santri diijinkan pulang 6 minggu sekali, namun itupun jarang diambil karena bagi mereka satu hari sama dengan tidak libur jika digunakan untuk perjalanan pulang. Untuk masalah liburan dirumah hanya bisa di nikmati saat awal 3-5 hari jelang puasa, 10 hari jelang idul fitri, dan tiap libur semester. Kembali lagi, waktu adalah ilmu disini.
Pada intinya disini para santri diajarkan untuk menjadi nasionalis, dan menjadi masyarakat yang bermoral dimasa depan kelak. “Selain ilmu kami juga mencari barokah dari guru dan ilmu yang kami terima”

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More