Widget by Blogger Buster

19 Dec 2012

Untuk Seorang Gadis



Aroma liburan seakan terhapus dengan mudahnya oleh perasaan ini, sejak jumpa kita hari itu aku berubah menjadi seorang lelaki cengeng. Kupikir ini karena racun cinta yang kuteguk saat kita bertatap kemarin. Racun itu telah membuat degup jantungku meningkat, semua perasaanku terkontaminasi wajahmu. Pikiranku menjadi tak terkendali, hanya kamu, kamu dan kamu.
Ini pernah aku alami saat aku jatuh cinta pertama kali, dan hari ini terjadi lagi. Sayang, tak kau enggan membuka hatimu, karena hatimu memang sudah ada yang mengisi, dan ia bukanlah aku. Beberapa lagu, aku jadikan perwujudan dari perasaanku, namun sayang kurang sempurna kupikir. Akhirnya kutulis celoteh ini.
Hari itu usai reuni MDPA, senyumanmu mulai bergelayut di renungku. Satu wajah yang manis menurutku. Mungkin boleh dibilang kita belum terlalu mengenal, hanya sama-sama tahu, namun begitulah cinta, cukup melihat satu kali dan akan menjadi candu alam hidupmu. Awal-awal masa liburan pernah kucoba utarakan isi hati ini padamu, namun sayang dengan polosnya kau beri tahu aku jika hatimu telah ada yang menjaga. Tak tahukah kamu, nada polosmu itu membuatku tersingkir dan terkucil dengan hati yang teriris. Satu malam pernah kita lewati dengan canda dan cerita ceria, kau tahu kupikir itu adalah salah satu malam terindah yang pernah aku miliki, namun pada malam berikutnya kau luluh lantakkan perasaan yang sejujurnya aku sendiri tak tahu mengapa datang padaku itu. Semua tuturmu mungkin lugu, tapi apakah kau tak pernah ingin untuk mencoba mengerti aku? Entahlah.
Tak hanya sekali, kau menawariku untuk menemanimu, sebenarnya bagiku itu adalah tawaran yang menggiurkkan, namun aku tak ingin sikap egois menggagahi diriku. Aku harus sadar, di belahan bumi sana ada yang sudah berjanji untuk menemanimu, dan kau tahu itu. Jika aku menerima tawaranmu, itu sama artinya dengan membunuh lelaki yang telah setia bersamamu selama 2 tahun itu. Aku tak ingin itu terjadi. Hai gadis, mengertilah, aku tak ingin kau memilih, karena aku bukan pilihan, dan kau tak perlu memilihku.
Bukankah sudah berkali-kali aku mengatakan padamu, aku tak ingin apa-apa darimu, cukup ijinkan aku menyayangimu, tapi kau mengatakan cukuplah sayangi sebagai teman. Mengapa kau membatasiku? Jangan pegang langkahku, kuingin bergerak, cukup mengerti. Itu yang kuinginkan.
Sebuah dilema memang, antara perasaan suka dan aku sebagai lelaki. Mungkin benar, semua mimpiku jauh dengan inginku. Hai gadis, jangan hiraukan apapun yang mengganggu tidur malammu, dengarkan nuranimu. Yang perlu kamu tahu, tak akan jadi masalah untukku jika kamu berandengan dengan siapapun, asal kau tersenyum itu sudah cukup bagiku, dan biarkan aku menyimpan jauh rasa ini.

0 comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More